Balada Kamera Paling Lebar Sedunia

Written By bopuluh on Senin, 28 Oktober 2013 | 20.15

KOMPAS.com - Tidak heran jika beberapa penyelenggara konser menyarankan pengunjung untuk tidak membawa tablet ke arena konser. Kamera terlebar di dunia itu memang "aduh".

Pemandangan seperti ini lazim didapati saat mendatangi pertunjukan-pertunjukan di ranah publik. Mulai dari pentas seni di taman kanak-kanak hingga konser musik.

Penonton yang antusias berusaha merekam momen pertunjukan yang mereka saksikan dengan mengangkat tablet ke udara lalu mulai memotret. Atau, lebih parah lagi, merekam video.

Masih untung kalau tablet yang digunakan berukuran 7 - 8 inci. Bagaimana kalau ukurannya sudah di kisaran 10 inci?

"Oh, ya. Silakan saja rekam konsernya pakai tablet. Saya nonton dari layar tablet Anda saja ya. Jelas lebih bagus daripada menyaksikan langsung!" ujar seorang kawan di sebuah acara. (Kalau kurang jelas, kawan itu memang bermaksud sarkastik).

Tapi, produsen tablet dunia tidak bisa berhenti menghadirkan kamera di punggung tablet mereka. Ini sudah jadi semacam fitur wajib yang membuat konsumen jadi membeli perangkat mereka atau tidak.

"Wah, tabletnya bagus. Bodi-nya kokoh, aplikasi lancar jaya. Eh, tapi nggak ada kamera belakang. Nggak jadi deh," kira-kira begitu celetukan sang konsumen.

Tentunya banyak pembenaran yang bisa dilakukan pemilik gadget itu saat merekam momen "berharga" dengan "kamera paling lebar sedunia".

"Konsernya keren banget. Saya fans berat kelompok ini. Sayang dong kalau saya nggak rekam?"

"Hak saya dong mau merekam dengan tablet, kamera atau apapun. Anda kok melanggar hak saya?"

Tapi, jujur saja deh, apa yang Anda rasakan kalau Anda mendapati pandangan terganggu karena ada orang di depan mengangkat tinggi-tinggi tablet mereka?

Sudahlah, ikuti saja anjuran yang waras dan logis untuk tidak merekam konser atau pertunjukan lainnya menggunakan tablet.

Mem-"bagi" Buta

Salah satu alasan yang sering digunakan oleh mereka yang terobsesi merekam kejadian di hadapannya dengan gadget adalah untuk membagikannya ke orang lain.

Norma yang berlaku belakangan ini, terutama dengan maraknya Facebook dan Twitter, adalah untuk berbagi momen kehidupan ke seluruh dunia.

Bukan berarti berbagi itu salah. Bahkan sejak TK pun kita dianjurkan untuk saling berbagi dengan teman kan?

Hanya saja, ada pengguna yang terlalu terobsesi dengan keinginan berbagi ini. Sehingga membabi-buta dalam berbagi.

Keinginan untuk berbagi dengan "seluruh dunia" menjadi terlalu besar sehingga ia lupa untuk menikmati momen yang sedang terjadi.

Sebagai contoh, saat menonton konser grup musik idaman. Boleh jadi itu adalah sebuah kesempatan yang jarang.

Maka, nikmatilah musiknya, pertunjukannya, suasananya. Larutlah dalam hingar-bingar (atau alunan lembut) musik yang dibawakan. Tengok sekitar Anda dan resapi bahwa ada sekian banyak orang yang menikmati hal yang sama dengan Anda.

Jalani momen itu karena momen itu mungkin tak akan bisa diulangi lagi selamanya.

Berhenti?

Apakah ini berarti kita harus berhenti merekam momen-momen tersebut? Sama sekali tidak.

Merekamnya -- atau lebih keren disebut mengabadikannya-- adalah kegiatan yang sah-sah saja. Tentunya jika memang diizinkan oleh penyelenggara konser.

Tapi jangan sampai hal itu merusak kenikmatan orang lain. Jangan sampai juga hal itu mengurangi kenikmatan Anda hadir dan menjadi bagian dari sebuah pertunjukan. Anda bisa kehilangan detik-detik yang berharga karena sibuk merekam, lalu berusaha meng-upload-nya.

Apalagi jika kemudian sinyal telekomunikasi terganggu dan jadi uring-uringan karena gagal menyampaikannya di Path, Twitter, Instagram atau social media lainnya.

Jadi, nikmati momennya dulu, baru berbagi kemudian. Kalau Anda tidak membagikan momen pertunjukan itu ke seluruh dunia, bukan berarti Anda egois kok.

"Wah. Kemaren konsernya seru banget lho!" ujar seorang teman dalam sebuah dialog imajiner.

"Oh ya? Ada video atau fotonya nggak? Mau dong lihat," jawab teman yang lain.

"Nggak. Video atau foto nggak cukup untuk menggambarkan momen itu. You have to be there to enjoy it!"

Tentang Penulis: Wicak Hidayat adalah Editor KompasTekno dan merupakan salah satu pendiri DepokDigital. Tulisan ini merupakan opini pribadinya. Penulis bisa dihubungi lewat akun twitter @wicakhidayat.


Anda sedang membaca artikel tentang

Balada Kamera Paling Lebar Sedunia

Dengan url

http://civetcoffeedelicious.blogspot.com/2013/10/balada-kamera-paling-lebar-sedunia.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Balada Kamera Paling Lebar Sedunia

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Balada Kamera Paling Lebar Sedunia

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger